New Chapter


When the going gets tough, the tough get going.

Without respect, there is no love. Without trust, there’s no reason to continue.

We are human. We made mistakes.

Thanks God, to open our eyes.

Thanks me, to open my heart.

Thanks you, to open your mind.

Helsinki


Siapa sangka, sakit yang selama ini sering bikin gue nangis, sering bikin khawatir, sering bikin sedih, kesal, merasa ngga berguna, berantem2 sama orang tua, bikin suka ngeluh, bikin ketakutan, stress, gabisa tidur, dan perasaan/sikap-sikap negatif lainnya….

suatu hari membawa gue ke negara dengan indeks kebahagiaan tertinggi dan negara yang terkenal paling baik dengan sistem pendidikannya.

Helsinki.

Pertama kali ke luar Indonesia, sendirian, perempuan, bulan Ramadhan, dengan bahasa inggris pas-pasan, dadakan, nyiapin visa dll H-2 minggu, visa baru jadi H-1, dan segala kemudahan2 tak terduga lainnya.

Gue suka kotanya yang tertib & rapi. Udaranya yang bersih, orang-orangnya yang sangat menghormati hak & privasi orang lain, kendaraan umumnya yang nyaman, aman, dan mudah dijangkau, budayanya yang unik, taman-taman kota & ruang terbuka hijau yang sangat mudah ditemukan, salmon yang bukan jadi makanan mewah (haha), perpustakaan umum & museum kotanya, perasaan aman karena jarang ada tindak kriminal, dan tentunyaa… sistem pendidikannya.

Rasanya kaya abis kena badai terus dikirim ke bukit indah yang cerah beratapkan pelangi.

Tiba-tiba gue nangis di kapal pas lagi nyebrang ke Suomenlinna. Hidup emang aneh ya. Rasanya semua gampang aja buat Allah kalau Dia udah berkehendak.

Mungkin jika Allah ridho, bisa aja gue langsung dikasih sembuh. Tapi nyatanya, mungkin Allah mau gue belajar sabar, belajar kuat, dan percaya kalau gue bisa kok menghadapi cobaan-cobaan yang (gue anggap) sangat berat. Mungkin Allah pengen gue ngerasain nikmatnya oase di padang pasir. Mungkin Allah mau ajarin gue bersyukur lewat hal-hal yang sederhana seperti bisa melihat, berjalan, bersosialisasi, dan lain-lain.

Perjalanan di Ramadhan 2018 itu rasanya emosional & berkesan sekali. Bukan hanya karena cerita ke benua eropa pertama kali, tapi tentang bagaimana Allah menggerakkan alam semesta untuk menciptakan hal-hal yang tidak mungkin & tidak masuk akal menjadi sangat mungkin.

Sejak hari itu, gue semakin percaya, apapun yang terjadi, segala penolakan, kabar tidak baik, dan hal-hal lain yang tidak sejalan dengan harapan, ujungnya akan indah. Allah sebaik-baik Perencana.

Selain itu, gue jadi sadar, kalau selama ini gue sangat buta akan dunia. Gue harap setelah ini gue akan melihat lebih banyak sudut dunia dan belajar banyak hal dari setiap tempat yang gue datangi.

πŸ˜‡πŸ’ΌπŸ‘©β€πŸ’»πŸ’»


Di kantor, saat masuk mushola buat sholat dhuha ngeliat ada orang lain lagi sholat juga, atau baru beres, atau pas udah beres mereka baru masuk, rasanya bahagia.

Mereka seperti malaikat yang dikirim Allah buat gue. Mereka yang makin memotivasi gue buat konsisten dalam beribadah, sesibuk apapun dengan kerjaan, selalu ngeluangin waktu buat ketemuan dulu sama Allah. Meskipun gue juga masih sambil belajar & kadang masih bolong2.

Dari sekian banyak hal baik ataupun kurang baik yang gue alami & rasakan… I feel blessed to have them in my professional circle :)

My First Run


Joining the running event for the first time in my hometown. It was a fun 7k run (+ walk :p).

Someone congratulates me by giving that medal (which is prepared a night before). YAY!

The 5k is just a little mistake, but the meaning is super huge πŸ…

18/19


2018 kemaren amat sangat berkesan.

Banyak hal terjadi.

Segala macam penolakan mengenai urusan pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain seperti datang bertubi-tubi.

Kabar tidak baik dari kondisi fisik gue pun menghampiri dan gue bisa bilang kalau beberapa bulan di awal tahun itu semacam mimpi buruk, masa-masa kelam. Sangat sulit.

Namun di antara semua rentetan peristiwa tersebut, gue juga dikasih kejutan lain sama Allah untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di benua eropa. Yang segala urutan kejadiannya amat sangat sulit dipercaya. Terlalu banyak hal yang kebetulan. Terlalu benar-benar hanya pertolongan Allah yang disertai ridho Ibu.

Toh nyatanya, semua akhirnya bisa terlewati dan gue bisa menghadapinya. Meski tetap banyak mengeluh dan suka sedih sampe nangis-nangis. Sedikit banyak gue juga merasa perlu untuk mengapresiasi diri gue sendiri.

Untuk mulai lebih memperhatikan kesehatan, kebiasaan makan, olahraga, penampilan. Untuk bisa ikhlas menerima apa-apa yang terjadi. Untuk tetap kuat. Untuk tidak terlalu peduli apa kata orang. Untuk bisa terus bermimpi.Untuk bisa tetap percaya kalau semua hal yang gue hadapi pasti punya maksud yang baik. Untuk bisa paham bahwa rencana Allah tidak pernah salah.

Terima kasih, tan.

Teruslah memperbaiki diri.

Seperti kabar barusan, kamu ke depannya mungkin masih harus menghadapi beragam bentuk penolakan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan.

Tapi kamu jangan bosan untuk terus percaya kepada diri sendiri kalau kamu itu selalu punya peluang. Peluang memperbaiki diri dalam segala hal. Ingat selalu untuk terus meningkatkan kualitas diri.

Berusahalah lebih baik. Masalah hasil, kamu sudah tahu kan? Pasrahkan saja :)

ps: Untuk kabar penolakan terbesar pertama di tahun ini. Terima kasih. Gue jadi belajar lagi agar tidak menggampangkan sesuatu. Gue ditantang lagi untuk lebih serius dalam berdoa & berusaha untuk mencapai apa-apa yang diinginkan.